Ingatlah Waktu Terus MEninggalkan Kita

Jumat, 08 April 2011

Wanita Dalam Struktur Masyarakat India

Kedudukan wanita dalam struktur masyarakat India tidaklah lebih baik daripada kedudukan wanita dalampandangan bangsa Yunani dan Romawi. Walaupun bangsa India sejak dulu dikenal dengan kemajuan ilmu dan peradabannya, wanita dalam struktur masyarakat India tetap saja diperlakukan sebagai budak dan laki-laki sebagai tuannya, sehingga pada saat yang bersamaan, seorang wanita tetap menjadi anak milik bapaknya, istri milik suaminya, dan terhadap anak-anaknya seolah-olah dia sebagai janda.

Pada umumnya masyarakat India mempunyai kepercayaan bahwa wanita adalah sumber dosa, sumber kerusakan akhlak, dan pangkal kehancuran jiwa. Oleh karena itu, mereka melarang wanita mempunyai hak-hak kebendaan dan warisan. Bahkan wanita tidak mempunyai hak hidup setelah kematian suaminya. Setiap wanita harus ikut dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya di atas kobaran api yang sama. *( untuk lebih jelasnya silahkan baca Hadhoorootul Hindi, karya Gustaf Lobon)

Tradisi membakar istri yang ditinggal mati suaminya ini terus berlanjut sampai cahaya Islam menerangi India, terutama pada masa kekuasaan seorang penguasa yang shalih, Unak Dzaib. Kedatangan Islam ke India telah membebaskan wanita dari lumpur yang hitam dan menghancurkan tradisi biadab tersebut serta mengecam nya.
  Adapun Selanjutnya Wanita Dalam Pandangan Bangsa Yahudi ........ Bersambung Pada Postingan Yang akan Datang....

Wanita Dalam Struktur Masyarakat Cina

Masyarakat Cina zaman dahulu secara umum adalah masyarakat yang penduduknya hidup dalam kekacauan dan kebiadaban. Kehidupan mereka nyaris seperti kehidupan yang liar tanpa norma serta jauh dari pola kehidupan manusia yang semestinya. Mereka saling berpasangan tanpa aturan dan rasa malu. Anak-anak hanya mengenal ibu mereka tanpa mengenal siapa bapak mereka. Bagi wanita tidak ada pilihan lain, selain harus melaksanakan perintah tanpa boleh menyanggah dan membantah.

Dalam masyarakat Cina zaman dahulu, hanya kaum lelaki lah yang mempunyai peranan dalam menentukan arah keamanan peradaban berjalan. Kaum wanita sama sekali tidak punya hak waris. Begitu pula jika seorang ayah meninggal, tidak ada hak bagi kaum wanita untuk mendapatkan harta warisan. Mereka menganggap wanita sebagai makhluk rendah yang hanya akan merusak kebahagiaan dan kekayaan.

Wanita Dalam Struktur Masyarakat Persia

Persia adalah koloni yang mempunyai otoritas dalam menentukan perundang-undangan dan sistem sosial di berbagai negeri jajahan nya, namun undang-undang itu zolim dan menindas hak-hak kaum wanita. Mereka memberlakukan hukuman yang berat bagi kaum wanita, sekalipun hanya untuk kesalahan kecil, sedang dilain pihak kaum lak-laki memiliki kebabasan yang tanpa batas. Dalam pandangan bangsa Persia kala itu, hukuman hanya berlaku bagi wanita. Bahkan apabila seorang wanita mengulangi kesalahannya, ia harus dihukum mati.

Di negeri Persia, seorang wanita dilarang kawin dengan laki-laki yang bukan penganut ajaran Zoroaster, sedangkan laki-laki mempunyai kebebasan dalam bertindak sesuai kehendaknya, sebab laki-laki adalah raja. Hidup kaum wanita sangat terbelenggu. Bahkan ketika haidh mereka harus diisolasikan ketempat yang jauh diluar kota dan tidak seorangpun boleh bergaul dengan nya, selain pelayan yang menyediakan makanan untuknya .

Selasa, 05 April 2011

Wanita Dalam Pandangan Bangsa Romawi

Bangsa Romawi dianggap sebagai bangsa yang paling maju setelah Yunani.Namun bila kita cermati, undang-undang dan system social mereka ternyata sangat menzolimi, mengucilkan, dan menindas kaum wanita.bangsa Romawi memandang wanita sebagai orang yang tidak memiliki ruh, tidak berharga, dan tidak memiliki hak.oleh karena itu, wanita pada masaitu disiksa dengan disiram minyak mendidih ke sekujur tubuhnya dan diikat di tiang.Bahkan , wanita yang tak berdosa diikat  pada ekor kuda, lalu kuda dilarikan dengan cepat sampai mereka mati.
Ketika peradaban dan kebudayaan bangsa romawi mulai berkembang, penindasan mulai berkurang, tetapi pelecehan terhadap wanita dan memperlakukan wanita seperti pelayan, budak dan sebagai pemuas nafsu syahwat laki-laki.Pada akhirnya,kemesuman dan pencabulan merebak di mana-mana.
Celakanya, peraktek kemesuman dan pencabulan ini masih selalu di peraktekan, hanya saja dibungkus dengan istilah-istilah yang mengatasnamakan keterbukaan, modernisasi, atau pembaharuan.
Dan kebiasan bercerai karena alsan sepele, sehingga angka perceraian begitu tinggi.Bahkan karena begitu merebaknya angka perceraian, hal ini membuat para wanita mereka mudah berganti-ganti pasangan tanpa rasa berdosa dan rasa malu.Anehnya lagi ada wanita dalam waktu yang bersamaan menikahi 23 suami.
Kemerosotan akhlak ini yang membuat bangsa Romawi hancur.semua ini tidak lain karena mereka telah tenggelam dalam syahwat kebinatangan yang tidak layak dilakukan oleh manusia,kecuali binatang.

Minggu, 03 April 2011

Wanita Dalam Pandangan Bangsa Yunani

Bangsa Yunani dikenal sebagai bangsa yang mempunyai peradaban dan kebudayaan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan peradaban dan kebudayaan bangsa - bangsa lain pada zamannya. Akan tetapi, apabila kita cermati, pada permulaan kemunculan mereka di panggung sejarah, kita akan menemukan bahwa wanita dalam masyarakat Yunani berada di puncak kemerosotan dalam segala aspek kehidupannya. Dalam sistem sosial masyarakat Yunani saat itu, kaum wanita sama sekali tidak memiliki kedudukan atau posisi yang layak. Bahkan kaum laki - laki mempunyai kepercayaan bahwa wanita adalah sumber segala penyakit dan bencana, dan mereka dianggap sebagai makhluk yang paling rendah. Wanita berada pada derajat yang sangat rendah, sampai - sampai kaum laki - laki pada saat itu tidak mau berada di satu meja makan bersama kaum wanita, lebih - lebih apabila mereka sedang menerima tamu asing, maka kaum wanita tak ubahnya budak dan pelayan.
Seiring perjalanan waktu, pandangan bangsa Yunani terhadap wanita kemudian mengalami perubahan. Dorongan syahwat dan nafsu kebinatangan telah mendorong mereka untuk memberikan kebebasan kepada kaum wanita. Akan tetapi, kebebasan yang mereka berikan hanyalah kebebasan dalam hal seksual semata. Mereka memberikan kebebasanyang seluas -luasnya dalam hal ini kepada kaum wanita, sehingga banyak di antara kaum wanitanya yang menjadi pelacur. Wanita pelacur dan pezina pada saat itu dianggap memiliki kedudukan yang tinggi, sehingga para pemimpin Yunani saat itu ramai - ramai mendatangi dan mendekati mereka. Bahkan mereka sampai merekayasa cerita - cerita yang bernuansa seksual.
Di antara cerita yang direkayasa itu adalah mereka menganggap bahwa dewa Kupid adalah dewa asmara. Menurut mereka, Kupid adalah hasil hubungan gelap Avrodet. Avrodet menjalin hubungan gelap dengan tiga tuhan, padahal ia adalah istri dari salah satu tuhan. Selanjutnya, Avrodet menjalin hubungan gelap dengan seorang laki - laki dari golongan manusia. Dari hubungan gelap dengan manusia inilah, Kupid, sang dewa asmara lahir.
Berangkat dari cerita - cerita rekayasa inilah, akhirnya masyarakat Yunani tidak lagi peduli dan menghormati norma pernikahan, karena wanita menurut pandangan mereka hanyalah komoditas yang tidak berharga dan bisa dikuasai oleh siapa pun. Laki - laki mana pun boleh memilikinya tanpa perlu adanya akad nikah. Demikianlah sejarah mencatat bahwa budaya inilah yang menyebabkan kebesaran Yunani hancur dan sesudah itu mereka tidak lagi memiliki sesuatu yang bisa menjadi penopang bagi kebesaran mereka.
  
Ane akan mengungkapkan kondisi kaum wanita dalam pandangan bangsa-bangsa yang berperadaban non-Islam dalam postingan selanjutnya.

Minggu, 13 Maret 2011

Tanggung Jawab Muslimah Terhadap Agamanya

Allah SWT berfirman:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa 4:9)
Di antara peran dan tanggungjawab seorang wanita muslimah adalah memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Hendaknya juga seorang wanita muslimah takut dan khawatir jika meninggalkan keturunan yang lemah; baik lemah finansialnya ataupun lemah akal dan pendidikannya. Dan lemah pendidikan harus lebih diperhatikan daripada lemah harta dan finansialnya.
Dan pendidikan anak sangat disarankan dimulai sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan. Ketika sang ibu rajin beribadah, insya Allah, kelak janin yang dikandungnya akan menjadi ahli ibadah. Ketika sang ibu rajin membaca Al Qur’an, insya Allah, kelak anak yang dilahirkannya pun akan mencintai Al Qur’an. Dan ketika sang ibu sangat berhati-hati menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan, insya Allah, kelak anaknya pun akan menjadi hamba-Nya yang ihsan. Karena itu tidak keliru kalau ada yang mengatakan: “Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya”.
Betapa besarnya peranan seorang wanita dalam mencetak generasi rabbani. Sebagaimana visi pernikahannya untuk menjadikan rumah tangga sebagai lahan tumbuhnya generasi yang akan menegakkan panji Islam. Generasi yang tumbuh dalam rumah tangga yang menjadi pusat kaderisasi terbaik.
Ketika sang anak hadir ke dunia, sebuah tugas sangat berat telah diemban di pundak seorang ibu. Tugas mendidiknya, membekalinya dengan life-skill, agar kelak anaknya siap terjun ke dunia yang berubah dengan cepatnya setiap hari. Sepuluh atau 15 tahun lagi, akan sangat berbeda kondisinya dengan masa kini.
Ketika sang anak mulai banyak bertanya, “Ini apa?”, “Itu apa?”, ”Kenapa begini?”, Kenapa begitu?”, seorang ibu dituntut untuk dapat memberikan jawaban yang terbaik. Jawaban yang tidak mematikan rasa ingin tahu anak, bahkan sebaliknya, jawaban yang membuat anak semakin terpacu untuk belajar.
Masa yang penting ini, yang disebut golden-age, masa di mana anak sangat mudah menyerap segala informasi, belajar tentang segala sesuatu. Dan ibu adalah orang yang terdekat dengan anak, yang lebih sering berinteraksi dengan anak. Menjadilah ibu sebagai sumber ilmu, pendidik pertama bagi anak-anak, yang menanamkan pondasi awal dan utama bagi generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan ini.
Ketika anak mulai memasuki dunia sekolah, tugas ibu tak lantas menjadi tergantikan oleh sekolah. Bahkan sang ibu dituntut untuk dapat mengimbangi apa yang diajarkan di sekolah.
Peran yang demikian strategis ini, menuntut wanita untuk membekali dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka, wanita harus terus bergerak meningkatkan kualitas dirinya. Karena, untuk mencetak generasi yang berkualitas, dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti, seorang wanita tidak boleh berhenti belajar.
Wanita adalah lembaga pendidikan bila dipersiapkan, darinya akan lahir pemuda-pemuda berjiwa mulia. Duhai ukhti muslimah, teruslah mencari ilmu, bekali dirimu dengan ilmu. Ilmu yang dapat meluruskan aqidah, menshahihkan ibadah, membaguskan akhlaq, meluaskan tsaqafah, membuat mandiri, tidak bergantung pada orang lain sekaligus bermanfaat bagi orang lain.
Teladanilah wanita Anshar yang tidak malu bertanya tentang masalah agama. Teladanilah para sahabiyah yang bahkan meminta kepada Rasulullah untuk diberikan kesempatan di hari tertentu khusus untuk mengajari mereka. Sehingga, akan bermunculan kembali Aisyah-Aisyah yang mempunyai pemahaman yang luas dan mendalam tentang agamanya.
Duhai ukhti muslimah, didik putra-putrimu agar mengenal Allah dan taat pada-Nya, agar gemar membaca dan menghafal kalam-Nya. Ajarkan mereka mencintai Rasulullah dan meneladani beliau. Bekali dengan akhlaq imani, mencintai sesama, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Sehingga akan bermunculan kembali GENERASI yang mencetak para syuhada.

Sabtu, 11 Desember 2010

Apakah Nabi Adam Berbuat Dosa....?

Allah berfirman yang artinya :
فأزلهما الشيطان عنها فأخرجهما مما كانا فيه وقلنا اهبطوا بعضكم لبعض عدو ولكم في الأرض مستقر ومتاع إلى حين
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berf...irman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain,

dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi,

dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."

(QS. Albaqarah : 36)

A. TAFSIR AYAT

(Maka syaitan menggelincirkan Adam dan Hawa) yaitu Iblis menyuruh mereka berdua pergi. Dalam satu bacaan lain “Faazallahumaa” artinya menyingkirkan mereka berdua. (darinya) artinya dari surga dengan cara, Iblis berkata kepada mereka berdua 'Apakah aku akan tunjukkan kalian berdua kepada pohon kekekalan', dan Iblis bersumpah dengan nama Allah bahwa ia adalah termasuk orang-orang yang memberi nasihat. Lantas keduanya memakannya. (maka dia berdua dikeluarkan dari apa yang dulu mereka dapat) berupa kenikmatan (dan Kami berfirman 'Turunlah') ke bumi. Artinya kalian berdua bersama apa yang kalian liputi dari keturunan kalian (sebagian kalian) sebagian keturunan (menjadi musuh bagi sebagian yang lain) dari sebagian kalian mendholimi sebagian yang lain (bagi kalian tempat menetap di bumi) tempat menetap (dan kesenangan) yaitu apa yang kalian buat bersenang-senang berupa tumbuh-tumbuhannya (sampai suatu saat) artinya waktu habisnya ajal kalian.

B. KANDUNGAN AYAT

Diantara sifat-sifat yang wajib bagi para nabi dan rasul adalah bahwa mereka terjaga dari perbuatan dosa (maksum) sama seperti malaikat, bahkan para nabi dan rasul lebih unggul dari pada malaikat. Syekh Ahmad Al Marzuqi dalam kitab 'Aqidatul Awwam mengatakan :

“Ishmaatuhum kasaairil malaaikah # Waajibatun wafaadlolu malaaikah”

'Terjaganya mereka para nabi (dari perbuatan dosa) seperti seluruh malaikat, adalah wajib bahkan mereka melebihi para malaikat'

Barang siapa yang menyatakan bahwa para nabi dan rasul juga pernah berbuat dosa karena mereka manusia, maka orang tersebut akan masuk para perangkap kemurtadan. Walaupun ada beberapa rasul yang mungkin bisa dianggap telah berbuat dosa, seperti nabi Adam, nabi Nuh, nabi Ibrahim, dan lainnya. Tapi anggapan itu adalah salah dan harus dibuang dari pemikiran kita. Na'udzubillah min dzalik.

Ayat di atas menunjukkan secara tekstual kepada kita bahwa syaitan berhasil membujuk nabi Adam untuk memakan buah 'khuldi' yang dilarang Allah. Sehingga nabi Adam diturunkan oleh Allah dari surga. Benarkah demikian ? Bukankah nabi itu maksum ? Itulah kia-kira pertanyaan yang lansung timbul pada diri setiap orang Islam jika membaca ayat tersebut.

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan di dalam menyikapi hal ini, yaitu :

1. Di dalam tafsir Ash Showi disebutkan bahwa pelanggaran yang dilakukan nabi Adam tidaklah seperti pelanggaran-pelanggaran pada umumnya, tetapi termasuk bab :

“Hasanaatul Abroor sayyiaatul muqorrobiin” (kebaikan orang-orang yang baik adalah kejelekan orang-orang yang dekat dengan Allah). Dan yang benar adalah bahwa hal itu termasuk rahasia kekuasaan Allah. Hal itu memang secara dhohir dilarang, namun secara bathin tidak. Sebab mulai dari sebelum penciptaan dimana Allah berfirman kepada malaikat tentang iradahNya sampai terjadinya hal itu (nabi Adam memakan dari pohon kekekalan) adalah bersifat paksaan dari Allah, karena Allah Maha Mengetahui apa yang terjadi bahwa kemaslahatan tersusun dari terjadinya makan tersebut. Dinamakan pelanggaran sebab melihat kepada larangan secara dhohir, namun pada hakikatnya tidak terjadi pelanggaran. Ibnu Al Arabi berkata : 'Andaikata aku berada pada kedudukan nabi Adam pasti aku akan memakan pohon itu dengan sempurna, karena terdapat kebaikan yang besar yang tersusun dari memakannya'.

2. Dalam ayat 115 surat Thaha Allah berfirman yang artinya:

ولقد عهدنا إلى آدم من قبل فنسي ولم نجد له عزما

'Dan sungguh Kami telah mengamanatkan kepada Adam (agar tidak mendekati pohon) sebelumnya, lantas dia (Adam) lupa. Dan Kami tidak mendapati pada diri Adam keinginan (menekatinya bahkan memakannya). (QS. Thaha : 115)

Pada ayat tersebut Allah dengan tegas menyatakan bahwa sebenarnya sebelum nabi Adam memakan pohon itu, beliau dilupakan oleh Allah. Sehingga beliau memakan pohon itu dalam keadaan lupa. Dan menurut hukum Allah bahwa orang yang melakukan sesuatu dalam keadaan lupa, perbuatannya tidak akan ditulis, artinya tidak ada hukum baginya. Begitu juga apa yang terjadi pada nabi Adam. Bahkan Allah juga memuji beliau bahwa pada diri nabi Adam tidak ada keinginan untuk melakukan hal terebut.

3. Hikmah dari kejadian itu adalah adanya (terciptanya) manusia seluruhnya, sebab nabi Adam adalah menusia pertama dan manusia selanjutnya adalah keturunan nabi Adam. Andaikata nabi Adam tidak turun dari surga pastilah kita semua tidak ada, dan kehidupan manusia juga tidak akan terjadi.

C. KESIMPULAN

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa apa yang dilakukan nabi Adam bukan suatu pelanggaran, sebab beliau terjaga dari dosa. Dan hal itu merupakan runtutan yang telah disusun Allah.